"SUGENG RAWUH DATENG PORO DULUR LAN BOLO....".

Laman

Sabtu, 13 Februari 2021

Pembahasan: A. Unsur Kebudayaan Islami masa Kanjeng Nabi SAW

1. Bahasa Komunikasi (Bertutur kata ala Kanjeng Nabi)

Bahasa dalam pengetahuan kita bersama merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyapa, menjawab, mengartikulasikan sesuatu dengan kata, dan pada intinya bahasa merupakan alat berinteraksi dalam wujud tutur kata. Manusia berkomunikasi dengan sesama manusia entah dengan keluarga, teman, masyarakat, dan bahkan musuh ya menggunakan alat yang namanya bahasa ini. Dalam hal estetika atau bentuk keindahannya, orang melihat bahasa secara estetis itu dengan merasakan kenyamanan apa yang terucap atau tertuang melalui bahasa. Kita, oh tidak. Sebaiknya ya saya saja. Kasarannya kok mau ngajak yang lain untuk sama dengan saya hahaha. Jelek-jelek begini saya sebagai orang awam juga mampu lho memahami bahasa itu puitis, ilmiah, pencitraan, halus, kasar, sopan, termasuk bahasa sok-sok'an, cengengesan dan lain-lain banyak lah saya bisa memahami maksud apa yang dituturkan melalui bahasa tertentu. Nah kembali lagi ke estetika bahasa tadi, keindahan bahasa itu tergantung cara orang itu membahasakan atau mengolah bahasa, tergantung kondisinya juga apakah orang yang bertutur maupun yang diajak bertutur itu dalam situasi sumpek dan pikiran serasa panas menuju mbeledos heuheuheuuu bisa juga mempengaruhi keindahan bahasa. Nah dari tadi kok ngomong ngalor-ngidul ndak menuju pada poin pembahasan. Biarin, biar kata-katanya banyak jadi halaman bahasan juga banyak hahahaha, damai lur-telur eh lur dulur..  

Oke jadi begini pren.. Bahasa yang digunakan Rasulullah SAW itu merupakan bahasa Arab. Bahasa Arab sendiri telah ada sebelum lahirnya Rasullullah SAW. Jadi bisa diartikan bahasa Arab merupakan salah satu unsur budaya pada masyarakat yang secara geografis hidup dan menghidupi sekitaran Semenanjung Arab. Tapi saya ndak bahas lebih dalam seputar Bahasa Arab karena saya sendiri aja gak tau banyak, taunya hanya Bismillah dan Alhamdulillah saja. Jadi sebetulnya mau ane bahas disini adalah bertutur kata ala Kanjeng Nabi Muhammad alias Baginda Rasullullah SAW. Soalnya apapun bahasanya yang penting kan estetikanya, nanti goalnya itu pada hasil komunikasinya.   

Dikisahkan bahwa Kanjeng Rosul SAW itu dalam berbahasa, dalam bertutur kata, dalam berkomunikasi dan interaksi selalu menggunakan bahasa yang baik, dengan cara yang akhlaq santun, selalu mengatakan apa adanya, tidak diada-adakan, dan selalu bisa mengimbangi lawan bicara tapi bukan debat, melainkan keharmonisan berkomunikasi. Jadi jangan disamakan dengan pencitraan saat kampanye lurah hingga presiden, ndak kasar sama sekali layaknya wong arep gelut hahaha.  

Saat berkomunikasi dengan sang istri, Kanjeng Nabi Muhammad selalu bertutur dengan cara ala suami idaman, pokoknya so sweet. Memanggil Siti 'Aisyah dengan julukan "Khumairah (merah)" maksudnya "merona". So sweet kan.. Bojomu atau calon bojomu mbok juluki opo lur? Xixixi.. Kembali ke Kanjeng Nabi tadi bahwa penting sekali menjaga komunikasi yang baik dengan istri menggunakan bahasa yang santun dan memuji. Pelajarannya adalah jika komunikasi yang baik dengan istri atau keluarga tidak dijaga dengan betul, maka tidak akan terjalin harmonisasi dalam ikatan family.  

Bersama kerabat (hubungan pertemanan), ada kisah dari Anas bin Malik RA yang menjadi asisten Rasulullah. Jadi selama menjadi sahabat Rasulullah SAW, Anas bin Malik ini mengaku tidak pernah dibentak maupun dimaki dengan kasar oleh Kanjeng Nabi lho. Bahkan saat Anas bin Malik melakukan kesalahan, Rasulullah menegur dengan cara yang santun dan lembut. Hal ini menunjukkan bahwa bertutur dengan santun merupakan kekuatan untuk mempertahankan hubungan kekerabatan (pertemanan) bahkan dengan masyarakat secara umum sekalipun.   

Kebiasaan santun Kanjeng Nabi saat berkomunikasi juga diakui oleh musuh beliau lho. Gak koyok awak dewe sekali duwe musuh, pengakuan terhadap kita gak ada baiknya. Yo maklum wong uduk Nabi og, yo bener seh wkwkwk, tapi sebisa mungkin berusaha meneladani akhlaq Kanjeng Nabi. Oke, kembali lagi. Ada cerita dari peristiwa Fathu Makkah yaitu saat umat Islam memegang kendali atas kota Mekkah. Jadi Rasulullah SAW selalu menekankan pada muslimin untuk menghormati keberadaan orang-orang kafir Quraisy serta tidak mengganggu harta mereka, serta tidak berlaku sewenang-wenang. Kanjeng Nabi juga dawuh  “Janganlah kalian saling menzhalimi (sesama muslim atau dengan umat agama lain), karena itu merupakan kedzoliman yang dilarang oleh Allah SWT". Nah loh.. Himbauan Kanjeng Nabi itu sudah jelas. Beliau selalu mengajak untuk menjaga kerukunan walaupun baru selesai berkonflik.   

Ada lagi nie, cerita dari sahabat Nabi SAW yakni Qais bin Saad RA dan Sahal bin Hunaif RA bahwa suatu saat Kanjeng Nabi SAW pernah dilewati iring-iringan jenazah, lalu Kanjeng Nabi berdiri. Kemudian mereka berdua mengatakan "Jenazah itu Yahudi", maka saat itu juga Rasulullah SAW menjawab, "Bukankah ia juga manusia?". Apa yang disampaikan Kanjeng Nabi SAW itu selalu bermaksud untuk menjaga keharmonisan hubungan sesama manusia.

Oooo ini, ada cerita lagi. Orang yang memusuhi Kanjeng Nabi ada yang bernama Ghaurats. Jadi beberapa saat seletah perang Dzaturriqa, Gausrats itu gagal membunuh Kanjeng Nabi karena pedangnya jatuh, hahaha entah karena kesleo tangannya atau bagaimana pokoknya atas kuasa Allah SWT. Lalu Kanjeng Nabi mengambil pedangnya kemudian mengarahkan ke Gaurats dan dengan santun mengajak masuk Islam. Namun Ghaurats menolak dan berjanji untuk tidak memerangi Islam lagi, kemudian Nabi membiarkannya pergi. Lalu sesampai di wilayah kabilahnya, Gaurats mengatakan, "Aku baru saja bertemu dengan manusia terbaik". Wih, sangarrr.. Hingga musuhnya saja mengakui kebijaksanaan dan kebaikan Kanjeng Nabi SAW.   

Dulur.. Dari kisah-kisah tersebut, betapa pentingnya mahir dalam bahasa komunikasi disertai akhlaq yang baik untuk melahirkan harmonisasi sosial. Tanpa kearifan tutur kata dan sikap, jangankan musuh, orang di sekitar kita saja segan untuk berinteraksi dengan kita. Kemahiran cara berkomunikasi ala Rasulullah SAW tersebut menunjukan tingkat intelektualitas beliau sangat tinggi, yakni arif dalam memposisikan diri, bisa bergaul dengan siapa saja dengan cara komunikasi yang sesuai dan baik. Sehingga hal tersebut sangat memungkinkan Kanjeng Nabi SAW mempunyai ummat (Islam) yang banyak dan mencintai beliau dan jumlahnya terus berkembang hingga kini. Subek-hanalloh.. 

Tidak ada komentar: