Tugas Mata Kuliah Filsafat Sosial : Refleksi Kritis Aksi 411, 212, dan 412
Oleh; robert tajuddin
Momen persaingan pilkada DKI Jakarta
mulai dirasakan oleh publik Indonesia sejak paruh pertama tahun 2016. Hingga pada
akhirnya parpol-parpol yang bersaing dalam pilkada DKI Jakarta telah menentukan
pasangan calon yang akan maju bersaing dalam pesta demokrasi berupa
pilkada pada tahun 2017, dalam hal ini khususnya wilayah DKI Jakarta. Adanya momen tersebut, yang menjadi
penilai berlangsungnya serba-serbi peroses menuju pilkada adalah masyarakat
Indonesia secara keseluruhan, dan masyarakat DKI Jakarta secara khususnya. Mengingat Jakarta adalah Ibukota Indonesia
yang merefleksikan representasi Ke-Indonesiaan dan masyarakat Jakarta-lah penentu
sosok yang berhak memimpin DKI, maka wajar bila publik Indonesia mengikuti
berlangsungnya berita-berita terkait momen menuju pilkada DKI Jakarta.
Pada momen pilkada DKI Jakarta kali ini
terdapat satu drama yang menjadi pewarna keberlangsungan pilkada
tersebut. Ada satu peristiwa dimana Ahok yang dianggap secara sengaja
menyinggung keberadaan umat Islam dengan cara menista Al Qur’an lebih
tepatnya surat Al Ma’idah ayat 51. Kasus tersebut memantik adanya
berbagai aksi gelombang protes yang mulanya skala kecil dan terpisah-pisah,
hingga terjadinya sebuah aksi damai 411 dan aksi super damai 412. Meskipun
sempat diwarnai kericuhan pada aksi 411 dan ada dugaan makar oleh beberapa publik
figur seperti Sri Bintang Pamungkas dan lain-lain, aksi-aksi yang merupakan
people power tersebut menunjukkan adanya kewajaran dalam Negara Demokrasi, dan
dilakukan demi menjaga keberagaman hidup beragama serta menjaga keutuhan NKRI. Hingga
tanggal 4 Desember 2016, terdapat aksi yang digelar oleh parpol-parpol dan
tokoh-tokohnya yang berusaha merangkul rakyat dengan tema Kita Indonesia.
Ada sebuah analisis berdasarkan
kacamata teori Thomas Aquinas, adanya gelombang aksi tersebut merupakan sebuah
keteraturan dan takdir yang sudah digariskan secara ilahiah. Gerakan people
power menuntut hukuman bagi Ahok yang dianggap menista Agama Islam
dalam pandangan Aquinas, kekuasaan merupakan kepanjangan dari ketetapan
Tuhan dan penguasa harus mentaati dan menyampaikan firman-firman Tuhan.
Jika figur pemimpin (meskipun masih calon) menyimpang dari firman Tuhan seperti
menista agama, maka masuk akal pula adanya gelombang protes tuntutan hukuman
bagi pelakunya. Hingga akhirnya, meskipun masih diperbolehkan kampanye, polisi telah
menetapkan ahok sebagai tersangka. Adapun aksi 412 yang
dianggap syarat kepentingan politis menuju pilkada DKI, aksi tersebut terselip
janji-janji calon pemimpin akan melakukan firman Tuhan dalam bingkai
kebhinekaan.
Sumber
: https://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinas
, diakses pada 22/12/2016.