"SUGENG RAWUH DATENG PORO DULUR LAN BOLO....".

Laman

Selasa, 26 Mei 2020

Asa masih Fana

Terik panas dahaga kala puasa,
Walau gerah takan melelehkan asa.
Dinda, apa kabarmu disana?
Semoga angin membawa doa baik dariku hingga dapat kau rasa.

Bimbang terasa kala ku lihat orang berjuang menghadapi corona,
Kemelut tata dan laku dalam kebingaran hampa.
Begitu jua kah engkau disana?
Nampak kau bingung, namun tanpaku sepertinya kau lega.

Tak tau mengapa asa ini terasa kaku,
Ku lihat lagi fakta manusia di kala corona semua lelah berjibaku,
Apakah engkau tau sekarang harapanku?
Aku ingin diammu tak membuatmu kaku.

Maafkan aku yang banyak membuatmu gerah,
Maafkan jika niat baikku justru salah,
Pikirku mantap, lebih baik aku tau diri saja.
Daripada harapan mahabbahku padamu membuatmu kaku, lebih baik aku diam sembari terus ikhtiyar dan bermunajat saja.

Bunga yang Muram

Memandang jauh kesana,
Nampak berseri bagai bunga,
Ku coba menyapa,
Namun sang bunga seakan menutup mata.

Ibarat angan tak tersampaikan,
Terasa berat bagai rintangan,
Menyapa bunga hanya di pikiran,
Nampaknya si bunga melihatku pun enggan.

Mungkin si bunga menyembunyikan muram,
Jika sesekali ia menyapa terasa masam,
Hanya kata harap berbicara dalam terpendam,
Semoga muram si bunga terkubur dalam-dalam.

Ku tetap bersyukur alhamdulillah,
Masih dapat menatap bunga dari jauh terarah,
Doaku sesekali kau perlu menyapaku ramah,
Namun jika tetap enggan, ahh ya sudahlah...

Mengaharap Mahabbah

Adinda,
Lihatlah cerah pagi telah menyapa,
Pula mentari terang dengan sinarnya,
Apa kabar engkau disana?

Adinda,
Tengoklah kicau burung itu bergembira,
Dengan tangkup bunga yang siap terbuka,
Kepadamu, dengan bismillah aku berdo'a.

Hai penerus Aisyah,
Meski sapa dan canda kita terpisah,
Hanya dalam doa dan harap aku berpasrah,
Tapi, bolehkah padamu aku selalu memberi dan mengharap keseriusan mahabbah?

Senin, 11 Mei 2020
01.45 wib.
Alfaqir robert tajuddin