Aku mengenang keseruan saat itu
tawa, canda, & semuanya yang tak jelas
jatuh bangun, atau dijatuhbangunkan
membual dengan kata-kata kasar
entah kenapa masa itu selalu terngiang
aku selalu tertawa setiap kali mengingat
jujur kawan,
aku merindukan semua tentang kalian
masih keras kepala kah kau
ingatkah tentang kebebalan kita semua
dulu kita permalukan kemunafikan2 itu
layaknya membakar sampah2 kering
tak pernahkah kau lupa kawan
gelak tawa dan pertengkaran
entah dari warung2 kopi, pantai, kampus
kesunyian di gunung dan semuanya
selalu ku menertawakan kisah2 kita
pikiran2 yang kadang penuh kotoran
ketidakjelasan tujuan hidup
ya, itulah kita, ini akan selalu terkenang
lama juga kita tak bersua
masih bisa keraskah tawamu?
aku tak bisa melupakan kalian
kebahagiaan semoga tetap ada padamu
salam dari surabaya,
robert.
Selasa, 16 Mei 2017
Jumat, 17 Februari 2017
Mata
aku melihat,
maka aku berfikir,
dari melihat maka aku mendengar,
aku mendengar maka aku juga berfikir.
aku berfikir,
maka aku bertanya,
aku bertanya,
dan aku mencari jawaban.
ya!!! jawaban tentang hidup,
jawaban dari sebuah tanya,
arti kehidupan,
dan makna semuanya.
aku memilih bebas karena aku berfikir,
karena aku akan dapat mencari makna,
karena berpikir aku akan berumur panjang,
aku juga ingin hidup selamanya.
surabaya, 16-02-2017, 23:38 wib.
maka aku berfikir,
dari melihat maka aku mendengar,
aku mendengar maka aku juga berfikir.
aku berfikir,
maka aku bertanya,
aku bertanya,
dan aku mencari jawaban.
ya!!! jawaban tentang hidup,
jawaban dari sebuah tanya,
arti kehidupan,
dan makna semuanya.
aku memilih bebas karena aku berfikir,
karena aku akan dapat mencari makna,
karena berpikir aku akan berumur panjang,
aku juga ingin hidup selamanya.
surabaya, 16-02-2017, 23:38 wib.
panggung hujatan
akhir-akhir ini,
derasnya hujan,
oh.. bukan hujan air,
nah.. hujan hujatan.
dimana pementasan,
pasti ada panggung,
ya! panggung dunia fana kedua,
panggung itu namanya medsos.
diciptakan untuk membuka cakrawala insan,
memperluas paradigma otak,
memperdalam keilmuan,
memperkaya hati.
oh medsos..
hatiku lega ketika melihatmu,
dalam suasana hangat,
namun sedihku melihatmu,
bagai panggung neraka.
dari cacian hingga bulying,
tak apalah jika itu membangun,
jika jadi ajang membunuh karakter manusia,
ah.. jadi sedih sekali rasanya melihatmu.
kawan bilang a,
dipelintir ke hastag,
kawan hendak berdiri,
kau jegal.
kawan maju,
kau belokkan,
bahkan hampir matipun,
kau perpanjang sakaratul mautnya.
ah kau ini,
orang berlaku benar,
kau ngotot bilang dia salah,
orang salah kau benarkan.
lebih tabu memang,
dunia fana kedua ini,
memang lebih kejam,
maka bolehlah kubilang kau panggung hujatan.
robert t. 07/02/2017 : 23.54 wib.
derasnya hujan,
oh.. bukan hujan air,
nah.. hujan hujatan.
dimana pementasan,
pasti ada panggung,
ya! panggung dunia fana kedua,
panggung itu namanya medsos.
diciptakan untuk membuka cakrawala insan,
memperluas paradigma otak,
memperdalam keilmuan,
memperkaya hati.
oh medsos..
hatiku lega ketika melihatmu,
dalam suasana hangat,
namun sedihku melihatmu,
bagai panggung neraka.
dari cacian hingga bulying,
tak apalah jika itu membangun,
jika jadi ajang membunuh karakter manusia,
ah.. jadi sedih sekali rasanya melihatmu.
kawan bilang a,
dipelintir ke hastag,
kawan hendak berdiri,
kau jegal.
kawan maju,
kau belokkan,
bahkan hampir matipun,
kau perpanjang sakaratul mautnya.
ah kau ini,
orang berlaku benar,
kau ngotot bilang dia salah,
orang salah kau benarkan.
lebih tabu memang,
dunia fana kedua ini,
memang lebih kejam,
maka bolehlah kubilang kau panggung hujatan.
robert t. 07/02/2017 : 23.54 wib.
terjebak mental cengeng
aku hanya seseorang,
bagaikan tiang,
tetap tegak di tanah lapang,
tanah ini gersang.
mengapa gersang tanah ini?
gersang tanah ini karena kekeringan,
kekurangan air,
tak ada aliran kekuatan.
oh bukan,
bukan air itu yang jadi kekuatan,
kekuatan itu adalah mental,
mental itu kekuatan.
aku terjebak di kekeringan,
kekeringan kehidupan,
terjebak di generasi yang kering,
mental yang cengeng.
bau wangi,
rambut masa kini,
semua terpenuhi,
tapi jiwa dan batinnya miskin.
ini Indonesia,
kau sudah lama terjajah,
lama juga kau terlatih kuat,
begitu merdeka kau jajah sendiri jiwamu.
jangan kau cengeng,
janganlah kau lebay,
itu bukan mental Indonesia,
maka kuatkan jiwamu.
zaman yang maju,
jangan menenggelamkan jiwamu,
ayo terus semangat maju,
semangat kuat itulah sebenarnya dirimu.
kurangilah menengadahkan tangan,
tak perlu kau gampang merengek,
orang tuamu ingin kau bahagia,
maka kuatlah dan jangan cengeng.
hai kawula muda,
kau yang baru beranjak dewasa,
jangan kau nodai pikiranmu,
perkuatlah filter keagamaanmu.
hidup ini keras,
jangan cengeng,
basahilah mentalmu agar tidak kering,
basahilah dengan gemblengan air kekuatan.
nasib bangsa ada di tanganmu,
jadilah pemuda yang kuat,
pemuda yang tak gampang loyo,
pemuda yang Indonesianis sejati.
robert tajuddin.
surabaya, 31 januari 2017.
bagaikan tiang,
tetap tegak di tanah lapang,
tanah ini gersang.
mengapa gersang tanah ini?
gersang tanah ini karena kekeringan,
kekurangan air,
tak ada aliran kekuatan.
oh bukan,
bukan air itu yang jadi kekuatan,
kekuatan itu adalah mental,
mental itu kekuatan.
aku terjebak di kekeringan,
kekeringan kehidupan,
terjebak di generasi yang kering,
mental yang cengeng.
bau wangi,
rambut masa kini,
semua terpenuhi,
tapi jiwa dan batinnya miskin.
ini Indonesia,
kau sudah lama terjajah,
lama juga kau terlatih kuat,
begitu merdeka kau jajah sendiri jiwamu.
jangan kau cengeng,
janganlah kau lebay,
itu bukan mental Indonesia,
maka kuatkan jiwamu.
zaman yang maju,
jangan menenggelamkan jiwamu,
ayo terus semangat maju,
semangat kuat itulah sebenarnya dirimu.
kurangilah menengadahkan tangan,
tak perlu kau gampang merengek,
orang tuamu ingin kau bahagia,
maka kuatlah dan jangan cengeng.
hai kawula muda,
kau yang baru beranjak dewasa,
jangan kau nodai pikiranmu,
perkuatlah filter keagamaanmu.
hidup ini keras,
jangan cengeng,
basahilah mentalmu agar tidak kering,
basahilah dengan gemblengan air kekuatan.
nasib bangsa ada di tanganmu,
jadilah pemuda yang kuat,
pemuda yang tak gampang loyo,
pemuda yang Indonesianis sejati.
robert tajuddin.
surabaya, 31 januari 2017.
Minggu, 08 Januari 2017
Pengembangan Soal IPS SMP - Analisa Rasional Pilihan Ganda dengan Kolom Alasan
Selama ini telah
kita ketahui bahwa penerapan soal-soal pilihan ganda pada semua mata pelajaran
khususnya mata pelajaran IPS adalah tidak adanya keterpaduan dalam pembuatan
soal. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya soal-soal IPS yang tidak
terpadu, dalam artian soal-soal IPS disajikan dengan cara setiap disiplin ilmu
sosial berdiri sendiri-sendiri. Padahal pembelajaran IPS disebut terpadu karena
adanya pengintegrasian antar disiplin ilmu-ilmu sosial dalam hal penyampaian
materi dan struktur penyajian soal. Oleh karena itu, pengintegrasian disiplin
ilmu-ilmu sosial juga harus diperhatikan dalam penyajian soal-soal kepada
peserta didik, agar dalam proses kognitif masing-masing peserta didik dapat
menemukan keterpaduan, kesinambungan, dan integrasi antar disiplin ilmu-ilmu
sosial dalam materi pembelajaran yang telah dipelajari. Selain itu, penyajian
soal-soal IPS juga masih bersifat behavioristik. Hal tersebut dapat dibuktikan
adanya sajian-sajian soal IPS yang hanya menuntut siswa untuk mengingat,
sehingga menjadikan tingkat kesadaran siswa masih dalam tahap kesadaran pra
relektif (semu), belum mencapai kesadaran kritis. Dalam hal ini
hanya menuntut siswa berfikir tingkat rendah.
Dalam
pengembangan kurikulum 2013, peserta didik diajak untuk berkembang secara
kognitif, dimana siswa harus mampu menganalisis dan mengevaluasi isi materi dan
soal-soal yang telah diberikan. Oleh sebab itu, pengembangan soal-soal jenis
pilihan ganda selain berisi studi terintegrasi antar disiplin ilmu-ilmu sosial,
maka soal-soal pilihan ganda selayaknya harus disertai pengisian kolom alasan
terkait pemilihan jawaban dalam soal pilihan ganda pada mata pelajaran IPS. Adanya
kolom alasan dalam setiap nomor soal-soal pilihan ganda, maka peserta didik
dengan kesadaran kritisnya akan mampu memberi alasan rasional memilih
jawaban soal pilihan ganda. Maka dengan demikian, peserta didik terlatih dalam
hal proses
kognitif , dan dengan bekal kesadaran kritis akan mampu
mengaktualisasikan diri dalam “Learning for Life”.
sebuah opini, oleh; robert tajuddin, mhs pscsrjn unesa prodi pend.ips.
Rabu, 04 Januari 2017
Tinjauan Kultural Masa Depan Kebudayaan Indonesia
Berawal dari tugas mata kuliah sejarah dan kehidupan manusia (diampu oleh Prof. Aminuddin K.), menjadi sebuah artikel blog.
oleh; robert tajuddin
Artikel
ini akan mecoba membuka paradigma dan realitas pelaku budaya Indonesia. Pelaku budaya
Indonesia termasuk individu, kelompok, pemerintah, aparat, pemimpin, dan
pendidik. Pelaku budaya menurut penulis sebagai pemegang penuh keutuhan budaya
Indonesia sehingga secara bersama dapat menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Demi meneruskan tongkat estafet pemegang penuh keutuhan
budaya Indonesia, generasi muda dipersiapkan sebagai penerus perjuangan
menggapai tujuan berdirinya Negara Indonesia yakni “masyarakat adil dan makmur”.
Di
masa awal berdirinya NKRI, terdapat GBHN yang disiapkan sebagai haluan negara
tentang penyelenggaraan negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan
kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu. GBHN ditetapkan oleh MPR untuk
jangka waktu 5 tahun. Dengan adanya Amendemen UUD 1945 dimana terjadi perubahan
peran MPR dan presiden, GBHN tidak berlaku lagi. Sebagai gantinya, UU no.
25/2004 mengatur tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang
menyatakan bahwa penjabaran dari tujuan dibentuknya Republik Indonesia seperti
dimuat dalam Pembukaan UUD 1945, dituangkan dalam bentuk RPJP (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang). Skala waktu RPJP adalah 20 tahun, yang kemudian
dijabarkan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), yaitu perencanaan
dengan skala waktu 5 tahun, yang memuat visi, misi dan program pembangunan dari
presiden terpilih, dengan berpedoman pada RPJP. Di tingkat daerah, Pemda harus
menyusun sendiri RPJP dan RPJM Daerah, dengan merujuk kepada RPJP Nasional.[1]
Namun
secara realitas, ditengah strategi menyiapkan generasi muda untuk menyongsong
masa depan Indonesia yang lebih baik, sering terjadi ketimpangan hampir di
semua lini kehidupan bangsa. Ketimpangan berupa korupsi, kolusi, nepotisme, dan
feodalisasi masih merajalela di semua sendi kehidupan sosial, ekonomi, politik,
dan pendidikan. Tidak ada salahnya jika melihat sebuah gagasan seorang Moechtar
Loebis dalam buku naskah pidato 6 April 1977, di TMII Jakarta, berjudul “Manusia
Indonesia”. Dalam “Manusia Indonesia”, Moechtar Loebis mendeskripsikan enam (6)
ciri manusia Indonesia. Ciri pertama: munafik atau hiporkrit, ciri kedua:
enggan dan segan bertanggung jawab, ciri ketiga: bersikap dan berperilaku feodal,
ciri keempat: percaya pada takhayul, ciri kelima: artistik, dan ciri keenam: watak
yang lemah.[2]
Ciri-ciri manusia Indonesia seperti feodal, sungkan, percaya takhayul, dan watak
yang lemah menurut penulis sangat wajar jika menilik sejarah panjang penjajahan
di sepanjang nusantara. Meskipun pra
kolonialisasi bangsa Nusantara adalah bangsa maritim dan bangsa agraris yang
maju seperti era kejayaan Sriwijaya, Mataram kuno, Singosari, Majapahit, Samudera
Pasai, Demak, dan lain-lain, dan bangsa Indonesia terperangkap dalam jurang
penjajahan yang menenggelamkan watak sejati bangsa yang kuat. Oleh karena itu,
sangat wajar pula di era reformasi masih ada turunan kenegatifan watak jajahan.
Maka menurut penulis perlu adanya perubahan mendasar untuk mengembalikan watak
bangsa yang merdeka dan kuat.
Perubahan
dimulai dari hal-hal yang kecil, dengan disertai kesadaran untuk berubah,
karena kemauan berubah untuk menjadi lebih baih tanpa adanya kesadaran kritis
hanyalah sebuah kemustahilan. Untuk merubah kesadaran semu (kesadaran
tanpa kontrol) menjadi kesadaran kritis maka yang penulis
anggap dapat menjadi alat ukur dapat mengubah manusia Indonesia sebagai pelaku
keberlangsungan budaya Indonesia adalah pendidikan karakter. Pendidikan sendiri
sejatinya mempunyai tujuan memanusiakan manusia. Dalam pendidikan karakter,
terdapat proses membuka kesadaran kritis untuk melakukan hal-hal yang baik
sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Kebiasaan berperilaku baik akan
menjadikan manusia berwatak baik. Berwatak baik sudah tentu berwatak kuat. Inilah
pondasi masa depan budaya Indonesia.
Praktek
pendidikan karakter tidak hanya dilakukan di bangku, halaman, dan lingkungan sekolah
atau kantor, melainkan harus dipraktekkan ke dalam kehidupan skala rumah
tangga, masyarakat sekitar, dimanapun dan pada siapapun. Maka dengan demikian
akan tercipta karakter masyarakat Indonesia yang siap menyongsong kehidupan
yang lebih baik. Mengenai peningkatan mutu pendidikan, mantan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, dalam salah satu sambutannya menyatakan
bahwa aspek yang paling penting untuk fokus pada pendidikan dan kebudayaan
adalah karakter seperti; 1. Penguatan kemampuan akademik dengan logika dan
kejujuran; 2. Memupuk Nasionalisme; 3. Budidaya perawatan, toleransi, dan rasa
hormat; 4. Menumbuhkan nilai-nilai demokrasi; dan 5. Menegakkan hukum. M.Nuh
menambahkan bahwa dengan menerapkan semua unsur-unsur karakter dalam
pendidikan, tahun 2045 bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Indonesia, mimpi
Indonesia yang lebih maju tidak lagi sebuah mimpi. Melainkan akan menjadi
kenyataan.
Rokhman, F., Hum, M., & Syaifudin, A. (2014).
Character Education For Golden Generation 2045 ( National Character Building
for Indonesian Golden Years ). Procedia - Social and Behavioral Sciences,
141, 1161–1165. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.05.197
https://id.wikipedia.org/wiki/Garis-garis_Besar_Haluan_Negara
, diakses 4-1-2016.
http://www.goodreads.com/book/show/1795582.Manusia_Indonesia,
diakses 4-1-2016.
[1]
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Perencanaan_Pembangunan_Nasional
, diakses 4 Januari 2016.
[2]
http://www.goodreads.com/book/show/1795582.Manusia_Indonesia,
diakses 4 Januari 2016.
Langganan:
Postingan (Atom)