"SUGENG RAWUH DATENG PORO DULUR LAN BOLO....".

Laman

Jumat, 16 Juni 2023

Seni di Zaman Kanjeng Nabi Muhammad SAW: Al Qur'an, Jalan Dakwah, dan Sholawat sebagai Pembangkit Gairah Seni

Hahh? Al Qur'an dan dakwah sebagai pembangkit gairah kesenian? Bukannya Al Qur'an adalah kitab suci yang isi dan pakemnya lurus? Kok bisa membangkitkan gairah seni ya? Dan bla bla bla. Nah oke, yuk kita pahami korelasi dan pembahasannya gaes hehehe..

Sentuhan seni Islami masa Kanjeng Nabi berangkat dari wahyu pertama sebenarnya, yakni tentang "Bacalah" yang berhubungan dengan ngaji atau istilah umumnya adalah belajar. Belajar apapun, pokok'e belajaro! Dituturkan oleh Prof. Saifullah (Guru Besar IAIN Imam Bonjol Padang) bersama DR. Febri Yulika (Dosen ISI Padang Panjang) dalam karya berjudul "Sejarah Perkembangan Seni dan Kesenian dalam Islam" bahwa kehadiran Al Qur'an dan perintah belajar turut mengubah bangsa Arab yang kurang dalam tradisi tulis-menulis menjadi pionir dalam aktivitas seni tulisan yang diakui keindahannya oleh dunia. Seni penulisan dalam aksara Arabiah itu dikenal dengan istilah kaligrafi. Keindahan seni kaligrafi sejak masa Kanjeng Nabi yang masih awal terus dikembangkan dan selalu senafas dengan ayat-ayat Al Qur'an. Khalayak luas mengakui keindahan seni kaligrafi menarik minat umum dan melalui ketertarikan itu orang jadi penasaran untuk belajar kandungan makna dan semangat dalam memperdalam ajaran Islam. Wujud seni kaligrafi dapat dinikmati dalam beragam pembagian seni seperti seni lukis, seni rupa, seni ukir, hingga seni kriya. Sedangkan dari bentuknya mulai dari manusia, hewan, alam, benda dapat dikolaborasikan dengan seni kaligrafi yang estetis nan melegenda itu. Dari hal itu dapat ditarik pemahaman bahwa semangat dakwah Islam melalui ayat-ayat suci Al Qur'an disebarkan secara meluas melalui estetika seni kaligrafi. Ingat, keanggunan seni kaligrafi tersebut berangkat dari ayat-ayat suci Al Qur'an dimana ayat pertama yang diturunkan adalah seputar perintah "membaca". 

Nah, dalam perintah membaca/belajar itu ada perintah utama yakni beribadah. Ibadah dalam ajaran Islam merupakan bukti ketaqwaan. Berbicara tentang menjalankan ibadah yang salah satunya adalah sholat, maka perlu adanya tempat untuk sholat, yakni masjid. Kanjeng Nabi mengawali pembangunan masjid di Quba'. Awal pembangunannya sangat sederhana yakni tembok berdiri tanpa atap, dan tempat pengimaman yang diatasnya diberi pelepah kurma sebagai peneduh. Begitu pula pembangunan masjid Nabawi yang serupa namun lebih luas. 

Guys, kita perlu ketahui bahwa masjid selain mempunyai fungsi religi sebagai tempat sholat, doa dan dakwah, juga mempunyai fungsi sosial yang interaktif yakni untuk belajar, diskusi atau musyarawarah, hingga sejenak beristirahat. Aktivitas sosial dalam masjid masa Kanjeng Nabi yang semula sederhana lambat laun seiring kemajuan zaman mendapat sentuhan seni arsitektur yang indah bahkan megah. Hal tersebut dapat kita lihat dari masjid Quba', masjid Nabawi, hingga masjidil Harom yang diakui oleh dunia keindahan dan kemegahannya sehingga meningkatkan daya tawar Islam yang semakin banyak yang tertarik di panggung dunia melalui seni arsitekturnya.

Di ranah seni suara dan musik, Islam mempunyai modal awal yakni sholawat. Sholawat ini maksudnya pujian cinta atau senandung kesetiaan, doa dan bukti ummat Islam belajar kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, gitu bro. Melalui sholawat kita mendeklarasikan diri sebagai pengikut setia Beliau yang super keren. Dalam keyakinan Islam, mendapat rekomendasi atau acc tanda tangan dari Kanjeng Nabi Muhammad agar kita selamat di akhirat adalah mutlak. Bahkan selamat dalam agama dan dunia salah satu modal dasarnya adalah kesetiaan dan kecitaan kita pada Kanjeng Nabi dan ajarannya. Maka pernah didawuhkan, yang pertama bahwa "Sesungguhnya Allah dan para Malaikat bersholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad". Dawuh yang kedua adalah "Barang siapa bersholawat kepadaku (Kanjeng Nabi) satu kali, maka Gusti Allah SWT akan bersholawat kepadamu sepuluh kali". Bayangin lur, kita ini hamba jauh dari kesempurnaan hanya modal baca sholawat dengan tulus dibales Gusti Pengeran sholawat kepada kita. Bukankah itu modal masuk surga? Yo jelas kang mas e. Dan banyak sekali dawuh yang khos atau terkenal tentang perintah bersholawat ke Kanjeng Nabi. Nah kembali ke bahasan seni. 

Dari fakta hebatnya sholawat untuk kebaikan seorang muslim. Syair sholawat terus dikembangkan. Sejak sholawat pertama dikumandangkan oleh para sahabat untuk menyambut kedatangan Kanjeng Nabi yakni sholawat "tola'al badru.." hingga senandung sholawat terbaru terus berkembang dengan indah, menarik, pesat, dan membumi. Ora membumi piye, wong keindahan sholawat juga sering didendangkan di panggung internasional bahkan oleh pemeluk bahkan pemuka agama lain. Tak pelak, keindahan sholawat itu diiringi oleh olah vokal dan musik yang syahdu, semangat, dan joss. Paduan sholawat-vokal-musik yang sangat mungkin disandingkan dengan penampilan seni dan lain-lain turut menambah gairah seni ala Islam yang semakin joss dan berkembang, maju, dan membumi. Perihal keindahan seni, juga didawuhkan bahwa "Allah itu indah dan menyukai keindahan". So, yakin dan semangat yuk dengan Islam, karena begitu indah, anggun, megah, dan estetis.


Surabaya

Jumat, 16 Juni 2023

By alfaqir, robert tajuddin.

Jumat, 03 Maret 2023

Sistem Religi dalam Islam: Peribadatan yang Mudah

Banyak hal menarik dibicarakan tentang sistem religi atau peribadatan dalam Islam. Salah satu yang menarik dalam peribadatan Islam adalah kemudahan. Rujukan referensi dalam pembahasan ini adalah dari situs NU Online yang memaparkan bahwa hakikat ibadah adalah untuk melaksanakan apa yang dicintai dan diridhai Gusti Allah dengan penuh kepasrahan dan karakter rendah diri kepada Allah. Ibadah merupakan bentuk membangun jalinan komunikasi antara manusia dengan Allah SWT (hablum minallah). Hal ini telah ditegaskan Allah swt dalam Surat adz-Dzariyat ayat 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” Kemudahan pertama menurut penulis yang gak budiman ini berdasarkan dalil tentang ibadah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hidup adalah ibadah. Urip tok ibadah guys. Tapi jangan lupa niat disertai perilaku ibadah itulah yang membuat hidup bernilai ibadah. Jadi tindakan seperti makan, tidur, nongkrong, bermain, dan hal-hal lain yang kita anggap sepele pun dapat bernilai ibadah. So, dapat ganjaran berupa pahala lah. Tabungan pahala hidup di dunia ini dapat dipanen di dunia pula serta di akhirat kelak. Kanjeng Nabi Muhammad pun ketika kita membaca sejarah hidupnya dikenal dengan pribadi yang ramah dan penak-an. Beliau sendiri mencontohkan senyum untuk orang lain adalah ibadah. Mesem tok bernilai ibadah lho. 

Kemudahan kedua adalah tata cara masuk Islam yang sangat mudah. Tanpa mahar dan tanpa sesembahan materi. Kanjeng Nabi Muhammad pun dalam mengajak para sahabat beliau masuk Islam pun tidak melakukan pungli atau mewajibkan penyerahan materi sebagai tali asih atau persembahan, No! Mulai Assabiqunal Awwalun hingga para sahabat Kanjeng Nabi secara luas masuk Islam hanya berupa niat dan menyatakan siap menjalani perilaku Islami. Uenak ya.. 

Kemudahan ketiga dalam peribadatan Islam adalah dalam hal sholat atau sembahyang. Kanjeng Nabi Muhammad sendiri mengajarkan bahwa sholatlah anda seperti anda melihat sholatku. Teman-teman bisa lihat sendiri sholat dalam Islam ya secara kebanyakan ya sama. Adapun perbedaan itu sangat tipis. Maklum lah, namanya orang pasti bedo sirah, bedo isi pikirane. Tapi yang pasti namanya sholat ya mengacu persis sama yang diajarkan oleh Mbah Kanjeng Nabi. Nah, kemudahan dalam sholat sendiri hanya niat disertai perilaku sholat saja, tidak ada syarat materi untuk melakukan sholat. Semua kalangan, semua usia, segala macam status sosial boleh melakukan atau ikut sholat bahkan menjadi imam atau pemimpin sholat. Segala hal menyangkut kondisi yang tidak umum seperti bepergian yang diperbolehkan menggabung dan meringkas tahapan sholat, yakni dari 4 tahapan atau rokaat menjadi 2 saja. Hingga orang dalam keadaan sakit diperbolehkan sholat sambil duduk, tidur, bahkan melakukan kedipan mata saja. Pelajari Islam dan you akan berkata bahwa sholat is easy guys..!

Kemudahan dalam ibadah yang lain adalah zakat atau sedekah dan ibadah haji yang dilandasi dengan keadaan "bila mampu". Melakukan sedekah sangat dianjurkan bahkan diwajibkan kepada semua ummat Islam, namun jika dalam keadaan ekonomi yang sulit bahkan melilit sedekah tidak diwajibkan. Diajarkan pula dalam Ajaran Islam dan dicontohkan oleh Kanjeng Nabi secara langsung, orang dalam keadaan sulit dan melilit wajib diberi sedekah. 

Serangkaian kemudahan dalam sistem peribadatan Islam ini dapat disimpulkan bahwa Islam itu mudah. Islam iku penak tur ngepenakke. Teriring pula doa semoga kita menjadi muslim yang bermanfaat untuk semuanya. Dadi wong Islam sing penak tur ngepenakke. Aamiiiin.


Gresik

Sabtu, 4 Maret 2023

Oleh: rbrt tjddn. 

Rabu, 13 Juli 2022

Ekonomi ala Islam: Halalan-Thoyyiban dan Ikhtiar-Tawakkal

Ekonomi. Kehidupan manusia tak lepas dari satu kata tersebut. Tak lepas bukan saja berarti sebuah ketergantungan, namun kita juga perlu menempatkan posisi manusia dan ekonomi merupakan satu bagian yang saling berhubungan dan satu kesatuan. Dalam buku pengantar antropologi dijelaskan bahwa manusia mempunyai kebudayaan, dan dalam unsur kebudayaan manusia terdapat kegiatan ekonomi. Tanpa manusia, aktivitas ekonomi adalah nihil. Pun demikian, tanpa ekonomi gerak pemenuhan kebutuhan hidup manusia tidak ada. Sehingga kata kesejahteraan merupakan hal yang fana. Hal tersebut berlaku mulai zaman pra aksara hingga zaman modernisme yang serba "sat-set" sekarang melanda. Ket biyen sampe saiki, sampe menesuk. Kira-kira seperti itulah gambaran hubungan arek loro iku, si manusia dan si ekonomi hehehe. 

Dari tadi kok mbulet hubungan yo? Koyok hubunganmu dengan areknya, mbulet. Wes gak popo mbulet, sing penting terus berjuang. Menungso kan ditugasi SI BOS BESAR untuk berusaha dan berjuang, hingga mendapatkan kebaikan. Gusti ALLAH lho Maha Bijaksana. Mantep!!! Oke, kita ke arti ekonomi. 

Jauh sebelum ilmuwan barat seperti Adam Smith dan kawan-kawannya membuat kajian pengetahuan tentang ekonomi. Ilmuwan muslim sekaligus bapak Sosiologi, Ibnu Kaldun telah memberikan definisi ekonomi terlebih dahulu. Kata Syeikh Ibnu Khaldun, ekonomi diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang positif dan normatif. Ekonomi tidak semata tentang pemenuhan kebutuhan, tetapi turut meningkatkan kesejahteraan individua maupun masyarakat. Dalam Islam, Kanjeng Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia menjadi subjek dalam aktivitas ekonomi. Kita perlu ingat bahwa Kanjeng Nabi merupakan seorang saudagar/pedagang. Bahkan sejak kecil pendidikan ekonomi secara praksis dienyam oleh Kanjeng Nabi sebagai subyek ekonomi melalui kegiatan dagang. Kegiatan perdagangan Kanjeng Nabi Muhammad sejak kecil yakni diajak berdagang oleh Ibunya hingga ke negeri Syam. Negara Syam bukan dekat Mekkah - Arab Saudi yang notabene merupakan wilayah sekitar kelahiran Beliau, melainkan wilayah Palestina dan sekitarnya. Dolane Kanjeng Nabi uadoh, gak ndek-ndek'an koyok awakdewe ya, hahaha. Nah, bukan saja mendapat pendidikan praktek dari ibu Beliau, namun di keluarga beliau yakni Quraisy merupakan komunitas dagang yang turut meramaikan aktivitas ekonomi di belantara tanah Arabia. Cerita tersebut mengajarkan kepada kita untuk turut aktif dalam percaturan ekonomi sejak dini. Jika sejak dini telah terlatih sebagai subjek dalam aktivitas ekonomi, maka akan terlatih pula untuk pengembangan pemenuhan kebutuhan pun demikian dengan kesejahteraan. Let's survive guys.. 

Dalam Islam, dijelaskan secara tegas dan lugas di Alqur'an bahwa Islam mempunyai prinsip ekonomi tentang proses dan target. Kalimat "halalan thoyyiban" yang artinya "boleh dan baik" merupakan cerminan dari proses dan target ekonomi Islam. Boleh dan baik sangat wajib dijadikan pedoman dalam segala aktivitas ekonomi manusia. Halal/diperbolehkan dan baik merupakan konsep proses sekaligus konsep target. Jika proses yang dilakukan secara halal dan baik, maka tidak cukup sampai disitu saja. Dalam aspek manfaat atau dampak dari aktivitas ekonomi harus halal dan baik juga. Proses dan target yang diperbolehkan dan membawa kebaikan tersebut bukan saja dalam lingkup individu dan kelompok masyarakat kecil atau lebih luas, tapi juga harus memperhatikan lingkungan yang merupakan panggung atau tempat kehidupan manusia. Berusaha agar tidak melakukan tindak merugikan manusia dan alam kira-kira dapat dijadikan patokan agar aktivitas ekonomi manusia tetap dalam ridlo insan dan dan yang terpenting adalah ridlo Ilahi. Sehingga dalam perjalanan ekonominya selalu di jalur yang tepat dan patut. 

Dalam hal ekonomi ini pula Kanjeng Nabi mengajarkan tentang konsep ikhtiar dan tawakkal. Hal ini pernah dituliskan oleh KH MA Sahal Mahfudz tentang "Islam dan Sistem Perekonomiannya". Bahwa dalam beberapa hadits Nabi secara tegas memerintahkan ikhtiar dan menempatkannya sebelum tawakal. Tawakkal sebagai suatu nilai iman yang sangat luhur tidak bisa diartikan berlawanan dengan ikhtiar, bahkan harus saling berkaitan antara keduanya. Hal ini diisyaratkan oleh Nabi ketika seorang Badui berkata kepadanya, "Aku lepas ontaku (tanpa kendali) dan aku hanya bertawakkal.” Disaatitu juga Rasullulloh dawuh, "Ikatlah dulu untamu dan kemudian bertawakkallah". Konsep ikhtiar dan tawakkal ibarat sebuah norma religus tentang berusaha terlebih dahulu hingga selesai, dan berserah diri tentang hasil kepada Gusti Allah SWT. Dari konsep tersebut pula jika dipraktekkan dalam kehidupan ekonomi, akan menjadikan manusia selalu berjuang dalam segala situasi dan kondisi.

Sebagai akhir catatan, penting kiranya kita sebagai insan perlu menyeimbangkan pola atau konsep halalan-thoyyiban dan ikhtiar-tawakkal. Keberimbangan pola atau konsep tersebut nantinya akan melatih diri untuk selalu produktif. Dalam hal ini produktivitas dalam aktivitas ekonomi, dan hasilnya berkaitan dengan keberhasilan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan. Bahasa kasarnya, dalam pergulatan ekonomi apapun posisi, jabatan, atau fungsi kita entah sebagai pemilik modal, karyawan, atau pekerja kasar, apapun itu jika konsep halalan-thoyyiban dan ikhtiar-tawakkal berjalan maka kita bekerja tidak akan aras-arasen. Jika menemui kendala dalam aktivitas golek rejeki maka nggerundelnya secukupnya saja, karena orientasi target hidup dan rohani sudah menjadi acuan. Jika sudah demikian predikat manusia yang produktif telah kita bisa dapatkan dan harus kita pertahankan bahkan terus dikembangkan serta maksimalkan segala kesempatan berkembang itu dengan baik. Ngono lho jhon. Tenang wae, aku yo sek sinau kok. Hehehe, Bismillah..


Surabaya. Kamis, 14 Juli 2022.

Oleh robert tajuddin.

Senin, 27 Desember 2021

Teknologi: Sumbangsih Ide Teknologi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata teknologi memiliki dua pengertian. Pertama, teknologi merupakan metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis atau ilmu pengetahuan terapan. Kedua, teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Nah, dari penjelasan tentang pengertian teknologi tersebut kita dapat tarik kesimpulan bahwa teknologi merupakan sebuah ide tentang alat yang menunjang dan mempermudah manusia dalam kehidupannya. Agar hidup keseharian jadi lebih praktis, ndak ruwet, ringkas, ndak mbulet kayak omonganmu, hahaa ampun yo lur. Alat penunjang untuk kemudahan itu bisa dari sarananya, bisa juga dari prasarananya. Dulur pasti sudah tau lah bedanya sarana dan prasarana itu, jadi ndak perlu saya jelentrehkan lagi bedanya. Biar gak ngetik panjang-panjang, huehehehe. 

Memperbincangkan tentang teknologi pada masa kejayaan Islam di dunia ini mungkin akan sedikit panjang, masalahnya buanyak sekali temuan atau ide dari peradaban Islam tentang teknologi. Tapi jangan khawatir, disini akan disajikan bahasan yang ringkas dan semoga bisa mendalam, langsung ke pokok bahasan, langsung ke poin inti. Sejarah peradaban Islam dilihat dari berbagai referensi, jaman Kanjeng Nabi Muhammad telah memberikan sumbangsih brilian di ranah teknologi. Jadi, mari kita simak pembahasan berikut.

Ide menarik tentang teknologi di jaman Kanjeng Nabi ini saya rasa perlu menempatkan yang pertama pada bagian literasi. Literasi itu merupakan sumber ilmu pengetahuan, sarana untuk mencari referensi, pedoman dan dasar keilmuan. Tanpa tahu pentingnya kegiatan literasi, maka mustahil pula adanya berita, catatan, hingga buku. Ada istilah buku adalah jendela dunia, jika kita ingin melihat isi dunia tanpa melakukan perjalanan, maka cukuplah kiranya membaca isi tiap halaman buku. Namun jika sekarang, melihat isi halaman-halaman buku dapat dengan mudah melalui ponsel atau gadget yang ada di genggaman tangan kita yang sudah canggih. Nah kembali ke fokus, berkaitan dengan literasi, Kanjeng Nabi telah memikirkan pentingnya aktivitas belajar melalui literatur. Bahkan Nabi Muhammad memikirkan jauh ke depan untuk kebaikan manusia sepeninggal beliau (Kanjeng Nabi). Kegiatan literasi telah digalakkan di zaman Kanjeng Nabi, jadi meskipun beliau sendiri merupakan gudang besarnya ilmu, beliau juga sebagai pegiat literasi. Hal ini ditunjukkan bahwa Kanjeng Nabi mengutus para sahabatnya untuk mengabadikan Alqur'an wahyu dari Gusti Allah SWT melalui malaikat Jibril AS. 

Itu dimaksudkan agar umat dapat belajar tentang apapun dari Alqur'an meskipun Kanjeng Nabi telah tiada. Ya walaupun alat yang digunakan untuk menulis wahyu Allah SWT masih sederhana, belum menggunakan media kertas, masih ditulis pada batang pohon, daun, batu, kulit hewan, dan lain sebagainya. Namun teknologi pembelajaran telah dilakukan. Kita harus ingat pada pepatah belajar tanpa mencatat ibarat menulis di atas air (mudah hilang tanpa bekas - lupa), namun belajar dengan membawa catatan ibarat mengukir di atas batu (ingatan ilmu akan sulit hilang). Selain itu catatan-catatan Alqur'anul Karim yang dulu masih sederhana, dan sekarang telah mengalami perubahan yang jauh lebih modern merupakan investasi membanggakan dari Kanjeng Nabi untuk manusia berupa ilmu yang manfaat. Dalam Islam pun telah dikenalkan bahwa orang meninggal itu terputus amalnya kecuali (salah satunya) ilmu yang bermanfaat. Kita harus mengamini Alqur'an tiada habisnya dikaji hingga kini dan jauh kedepan akan senantiasa menjadi sumber ilmu umat manusia khususnya muslim. Dan Kanjeng Nabi ya memang seorang Nabi itu pasti masuk surga ya. Sudah pasti masuk surga, ilmunya manfaat pula. Pancen sangar Kanjeng Nabi iki. Jempolan euy hehehe.. 

Selain ilmu pengetahuan, Kanjeng Nabi juga membuat masjid, di beberapa pemberhentian perjalanan dakwah beliau, selalu mengusahakan untuk membangun masjid. Jika dilihat dari konstruksi pembangunanya, mungkin masih sederhana yakni tiangnya dari pohon kurma, dan atapnya dari dedaunan. Namun disini yang perlu digarisbawahi bukan konstruksi dari prasarana ibadahnya, namun kita wajib melihat dari aspek fungsional atau manfaatnya. Masjid di zaman Kanjeng Nabi itu bukan tempat sholat dan berdoa saja, bukan urusan antara Allah dan menungso tok. Tapi lebih luas dari itu, masjid difungsikan sebagai prasarana belajar, berdiskusi, beristirahat, sekedar bercengkrama, hingga berbagi apapun sehingga masjid memang difungsikan untuk kebaikan umat manusia. Paling tidak semua orang sudah tau manfaat masjid atau musholla atau langgar minimal 5 kali dalam sehari digunakan umat muslim untuk berkumpul, maksimalnya ya untuk macam-macam, dadi uakeh fungsi lan manfaate lur. Mantap.. 

Ngomong-ngomong, dulur juga perlu tahu bahwa Kanjeng Nabi menerapkan teknologi pengobatan tradisional sebagai langkah cepat dalam penanganan pertama dalam kecelakaan. Diceritakan dalam situs NU Online, Kanjeng Nabi suatu ketika pernah digigit kalajengking. Usai menunaikan shalat Nabi tidak lantas wiridan tetapi langsung pergi ke dapur untuk mengambil air dan sarem (garam). Di samping itu, Kanjeng Nabi juga membacakan surat al-ihklas dan annas. Ternyata, air putih dan garam dalam ilmu kedokteran merupakan antibiotik yang bisa menolak racun. Dari kisah itu disimpulkan bahwa teknologi dapat digabungkan dalam konteks qur’an. Jika ditarik dalam konteks kekinian, ilmu pengetahuan dan agama tidak boleh dipisahkan. Agama dan ilmu pengetahuan juga tidak boleh dipisahkan.  

Teknologi di zaman Kanjeng Nabi yang lain pasti sangat banyak yang mungkin belum dibahas disini, tambahono dewe yak, para pembaca yang budiman pastinya lebih puinter-pinter kok hehehee..

Rabu, 07 Juli 2021

Sistem Sosial Kemasyarakatan ala Islam: Kedudukan Manusia Sama di Hadapan Allah SWT.

Oke, mulai masuk ke sistem ya, haduh-haduh. Tenang ojo digawe ngelu disek, hahaha.. Gini lur. Melihat sistem sosial kemasyarakatan yang ada, kita tahu ada berbagai macam hal berkaitan dengan itu. Kita tau tho, ada strata sosial biasanya dari tingkat ekonomi hingga hubungan biologis atau keturunan, maupun komunitas atau relasi, dan lain-lain. Jadi golongan masyarakat itu biasanya dilihat dari mergawe opo, penghasilane piro, keturunan atau anake sopo, bisa juga tentang relasi kelompok (kancane sopo, dan gumbulane sopo, dan lain sebagainya). Ada pejabat atau pemerintah hingga penguasa, pegawai, aparat-aparatur, golongan pendapatan atas-tengah-bawah, hingga hubungan dengan siapa (kancane sopo), dan lain-lain. 

Nah, kita coba sambil mengingat ke sejarah Islam berkaitan dengan sistem sosial kemasyarakatan yang ada itu idealnya seperti apa. Di zaman Kanjeng Nabi Muhammad SAW pernah ada kesepakatan bersama antara Islam dengan komunitas Yahudi, Nasrani, masyarakat dengan kepercayaan lokal dan lain sebagainya dalam bingkai Piagam Madinah. Kanjeng Nabi Muhammad berhasil menyatukan carut-marut, meluruskan kembali benang yang kusut dan mbulet, melegakan dahaga perdamaian-ketentraman-kerjasama. Jadi Piagam Madinah itu isinya sebuah kesepakatan para warga muslim dan non-muslim di Madinah adalah satu bangsa. Masyarakat Yahudi, Nasrani, dan lainnya dilindungi dari segala bentuk penistaan dan gangguan. Sehingga dari kesepakatan Piagam Madinah tercipta sebuah kontrak sosial untuk menjadi bangsa yang integral (satu kesatuan), saling melindungi, saling bekerjasama tentu untuk kebaikan bersama, dan tidak homo homini lupus (menjadi serigala pemangsa bagi sesama atau lainnya). Gitu ndes.. 

Ya itu satu contoh kasus aja sih berkaitan dengan dengan sistem sosial dan kemasyarakatan dalam Islam itu semuanya ideal (btw contoh kasus lainnya buanyak, golekono dewe ae, hahaha). Buktinya ya tadi, perlu adanya kesepakatan bersama untuk kebaikan bersama. Mengenai kelompok-kelompok sosial masing-masing tetap bisa menjalankan aktivitas profan dan sakralnya sendiri-sendiri. 

Kowe mergawe opo, hasil e piro (akeh utowo sitik), kowe anak e sopo, pengaruhmu gede utowo cilik, kancamu sopo wae, sing penting laku uripmu apik. Kan enak, coro Islam iki sistem opo wae iso melbu, kanan-kiri oke, jalan tengah yo masuk, sepanjang menggunakan pertimbangan yang baik, humanis, ramah lingkungan, pokok e membawa aspek manfaat yang maslahat. Intine pedomane jelas, kedudukan manusia itu sama dihadapan Allah SWT. Ngono lho rek.. Sip ya..!!!

Pengetahuan: Wahyu Pertama - Iqro'

Iqro'. Ya, itu. Jika kita membaca atau mendengar kata ~iqro'~, dalam benak dan pikiran kita wabil khusus ummat Islam mungkin di Nusantara atau dimanapun berada yang pernah tau aja atau pengalaman mengaji Iqro', langsung terbayang dengan jenjang mengaji Al Qur'an dan Ilmu Tajwid (ilmu cara membaca Al Qur'an dengan tartil) tingkat dasar. Nah, sebetulnya berhubungan dengan mengaji Iqro' yang merupakan jenjang mengaji Al Qur'an dan Tajwid tingkat dasar, kata ~iqro'~ sendiri memiliki arti "bacalah". Nah, berarti kata "bacalah" tersebut berhubungan dengan kata baca, membaca, belajar, sinau, mengerti, memahami, hingga seterusnya mungkin pada sampai tataran mengembangkan, evaluasi, dan seterusnya. Kita harus tahu juga kata ~iqro'~ itu merupakan wahyu pertama kali Gusti Allah SWT kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW lho. Ada dalam Al Qur'an ayat pertama Surah Al'alaq, bunyinya gimana? Ya jelas lho, ~iqro'~. Hemm mantap. 

Jadi dari awal kali Kanjeng Nabi Muhammad diangkat menjadi Rosul itu diperintahkan oleh Allah SWT untuk membaca guys. Kita semua tau bahwa membaca itu bisa dikatakan gerbang pertama untuk belajar. Kita belajar tentunya bukan untuk terpuruk, melainkan untuk menjadi lebih baik. Ada kalimat legend lho, "Membaca Membuka Jendela Dunia". Membaca arahnya pasti belajar, mengerti, atau memahami. Dari membaca, kita tau tujuan. Tujuan hidup, tujuan mencari kebahagiaan, dan tujuan baik lainnya. 

Kembali lagi dengan fungsi membaca/belajar untuk menjadi lebih baik. Jika kita mempelajari tokoh-tokoh di seluruh dunia berhasil dalam kiprahnya itu berawal dari membaca/belajar. Sebagai contoh tentang tokoh-tokoh yang berhasil dalam kiprah dan pengaruhnya ada Kanjeng Nabi Muhammad dengan Islamnya, Sayyidina Umar yang masyhur dengan kepemimpinannya yang sangat adil, Sayyidina Ali yang dijuluki oleh Kanjeng Nabi sebagai gerbangnya Ilmu, Ibnu Battutah dan Ibnu Rusyd yang berhasil berkeliling dunia dengan beragam catatan perjalanannya, Ibnu Khaldun yang merupakan Bapak Ilmu Sosial, Ibnu Sina sang ahli medis dan filusuf yang dijuluki Bapak Kedokteran Modern, Sultan Harun Al Rasyid yang terkenal bijaksana melalui cerita Seribu Satu Malam, Shalahuddin Al Ayyubi Sang Singa Padang Pasir yang ahli dalam strategi militer. 

Lha tokoh Indonesia-ne endi? Hoiyo ojo kuwatir. Di Indonesia ada Mbah Yai Hasyim Asy'ari dengan organisasi Nahdlatul 'Ulama dan KH. Ahmad Dahlan dengan Organisasi Muhammadiyah dimana kedua pengaruh organisasi tersebut dari jaman Belanda hingga Jaman Sosial Media masih selalu eksis dan pengaruhnya sangat besar dalam berbagai hal. Bahkan sejarah perkembangan modernitas dunia dengan segala hingar-bingarnya ini salah satu yang memberikan sumbangsih utama adalah umat Muslim. Itupun masih sebagian kecil tokoh Muslim yang saya ingat. Artinya apa, tidak mungkin keberhasilan tokoh-tokoh tersebut dalam kiprahnya tak lepas dari pintu gerbang utama kemajuan, yakni membaca/belajar. Para tokoh tersebut senantiasa belajar, mencoba, berkembang, maju, membuat sejarah, dan memberika kebaikan. Itu semua berawal dari belajar, iqro'/membaca. 

Nah, kan sudah dikatakan di awal tadi bahwa  kata "Iqro' - bacalah" berhubungan dengan kata baca, membaca, belajar, sinau, mengerti, memahami, hingga seterusnya mungkin pada sampai tataran mengembangkan, evaluasi, dan seterusnya hingga pada proses yang lebih baik. Dalam Islam tuntunan kelanjutan dari membaca itu ada juga. Opo jajal? Nhaa.. Kita sudah diberi challenge/tantangan, tuntutan, sekaligus perintah dari Gusti Allah SWT melalui ayat "afalaa tubshiruun - apakah kamu tidak melihat?", "afalaa ta'qiluun - apakah kamu tidak menggunakan akal?", dan "afalaa tatafakkaruun - apakah kamu tidak berfikir". Guys, itu jelas dari kata melihat, kita itu diajak dan ditantang oleh Gusti Alloh untuk membaca-mempelajari apa yang kita lihat, lalu kita gunakan akal kita untuk berfikir. Berfikir untuk kebaikan, untuk maju, untuk bahagia dan meberikan keindahan. 

Umat Islam sebetulnya jika mau membaca sejarah di masa lalunya, banyak sekali torehan prestasi yang telah dicapai dan dari membaca sejarah kejayaan Islam di masa lalu itu bisa digunakan untuk semangat maju lebik baik di masa kini. Mulane tho, ojo males sinau, ojo males belajar, iso-o moco keadaan. Aku iling Dawuh Cak Nun yang berkorelasi dengan tulisanku iki kiro-kiro ngene, "membaca kebenaran, melakukan kebaikan, membagikan keindahan". Dadi opo wae apik, terus belajar, terus berkembang lebih baik dari sebelumnya, berlaku baik, dan menciptakan keindahan. Ojo lali disamping perintah "Iqro' - bacalah/membaca/belajar", ada kalimat "bismi Robbikalladzii kholaq - dengan menyebut Tuhan penciptamu". Kira-kira artinya selalu hadirkan kebesaran Gusti Allah SWT dalam proses hidupmu, agar proses yang kita lalui selalu dapat kita ambil hikmahnya dengan baik, sehingga selalu dalam keindahan rahmahNya. Wallahu a'lamu bisshowabe'.

Sabtu, 13 Februari 2021

Pembahasan: A. Unsur Kebudayaan Islami masa Kanjeng Nabi SAW

1. Bahasa Komunikasi (Bertutur kata ala Kanjeng Nabi)

Bahasa dalam pengetahuan kita bersama merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyapa, menjawab, mengartikulasikan sesuatu dengan kata, dan pada intinya bahasa merupakan alat berinteraksi dalam wujud tutur kata. Manusia berkomunikasi dengan sesama manusia entah dengan keluarga, teman, masyarakat, dan bahkan musuh ya menggunakan alat yang namanya bahasa ini. Dalam hal estetika atau bentuk keindahannya, orang melihat bahasa secara estetis itu dengan merasakan kenyamanan apa yang terucap atau tertuang melalui bahasa. Kita, oh tidak. Sebaiknya ya saya saja. Kasarannya kok mau ngajak yang lain untuk sama dengan saya hahaha. Jelek-jelek begini saya sebagai orang awam juga mampu lho memahami bahasa itu puitis, ilmiah, pencitraan, halus, kasar, sopan, termasuk bahasa sok-sok'an, cengengesan dan lain-lain banyak lah saya bisa memahami maksud apa yang dituturkan melalui bahasa tertentu. Nah kembali lagi ke estetika bahasa tadi, keindahan bahasa itu tergantung cara orang itu membahasakan atau mengolah bahasa, tergantung kondisinya juga apakah orang yang bertutur maupun yang diajak bertutur itu dalam situasi sumpek dan pikiran serasa panas menuju mbeledos heuheuheuuu bisa juga mempengaruhi keindahan bahasa. Nah dari tadi kok ngomong ngalor-ngidul ndak menuju pada poin pembahasan. Biarin, biar kata-katanya banyak jadi halaman bahasan juga banyak hahahaha, damai lur-telur eh lur dulur..  

Oke jadi begini pren.. Bahasa yang digunakan Rasulullah SAW itu merupakan bahasa Arab. Bahasa Arab sendiri telah ada sebelum lahirnya Rasullullah SAW. Jadi bisa diartikan bahasa Arab merupakan salah satu unsur budaya pada masyarakat yang secara geografis hidup dan menghidupi sekitaran Semenanjung Arab. Tapi saya ndak bahas lebih dalam seputar Bahasa Arab karena saya sendiri aja gak tau banyak, taunya hanya Bismillah dan Alhamdulillah saja. Jadi sebetulnya mau ane bahas disini adalah bertutur kata ala Kanjeng Nabi Muhammad alias Baginda Rasullullah SAW. Soalnya apapun bahasanya yang penting kan estetikanya, nanti goalnya itu pada hasil komunikasinya.   

Dikisahkan bahwa Kanjeng Rosul SAW itu dalam berbahasa, dalam bertutur kata, dalam berkomunikasi dan interaksi selalu menggunakan bahasa yang baik, dengan cara yang akhlaq santun, selalu mengatakan apa adanya, tidak diada-adakan, dan selalu bisa mengimbangi lawan bicara tapi bukan debat, melainkan keharmonisan berkomunikasi. Jadi jangan disamakan dengan pencitraan saat kampanye lurah hingga presiden, ndak kasar sama sekali layaknya wong arep gelut hahaha.  

Saat berkomunikasi dengan sang istri, Kanjeng Nabi Muhammad selalu bertutur dengan cara ala suami idaman, pokoknya so sweet. Memanggil Siti 'Aisyah dengan julukan "Khumairah (merah)" maksudnya "merona". So sweet kan.. Bojomu atau calon bojomu mbok juluki opo lur? Xixixi.. Kembali ke Kanjeng Nabi tadi bahwa penting sekali menjaga komunikasi yang baik dengan istri menggunakan bahasa yang santun dan memuji. Pelajarannya adalah jika komunikasi yang baik dengan istri atau keluarga tidak dijaga dengan betul, maka tidak akan terjalin harmonisasi dalam ikatan family.  

Bersama kerabat (hubungan pertemanan), ada kisah dari Anas bin Malik RA yang menjadi asisten Rasulullah. Jadi selama menjadi sahabat Rasulullah SAW, Anas bin Malik ini mengaku tidak pernah dibentak maupun dimaki dengan kasar oleh Kanjeng Nabi lho. Bahkan saat Anas bin Malik melakukan kesalahan, Rasulullah menegur dengan cara yang santun dan lembut. Hal ini menunjukkan bahwa bertutur dengan santun merupakan kekuatan untuk mempertahankan hubungan kekerabatan (pertemanan) bahkan dengan masyarakat secara umum sekalipun.   

Kebiasaan santun Kanjeng Nabi saat berkomunikasi juga diakui oleh musuh beliau lho. Gak koyok awak dewe sekali duwe musuh, pengakuan terhadap kita gak ada baiknya. Yo maklum wong uduk Nabi og, yo bener seh wkwkwk, tapi sebisa mungkin berusaha meneladani akhlaq Kanjeng Nabi. Oke, kembali lagi. Ada cerita dari peristiwa Fathu Makkah yaitu saat umat Islam memegang kendali atas kota Mekkah. Jadi Rasulullah SAW selalu menekankan pada muslimin untuk menghormati keberadaan orang-orang kafir Quraisy serta tidak mengganggu harta mereka, serta tidak berlaku sewenang-wenang. Kanjeng Nabi juga dawuh  “Janganlah kalian saling menzhalimi (sesama muslim atau dengan umat agama lain), karena itu merupakan kedzoliman yang dilarang oleh Allah SWT". Nah loh.. Himbauan Kanjeng Nabi itu sudah jelas. Beliau selalu mengajak untuk menjaga kerukunan walaupun baru selesai berkonflik.   

Ada lagi nie, cerita dari sahabat Nabi SAW yakni Qais bin Saad RA dan Sahal bin Hunaif RA bahwa suatu saat Kanjeng Nabi SAW pernah dilewati iring-iringan jenazah, lalu Kanjeng Nabi berdiri. Kemudian mereka berdua mengatakan "Jenazah itu Yahudi", maka saat itu juga Rasulullah SAW menjawab, "Bukankah ia juga manusia?". Apa yang disampaikan Kanjeng Nabi SAW itu selalu bermaksud untuk menjaga keharmonisan hubungan sesama manusia.

Oooo ini, ada cerita lagi. Orang yang memusuhi Kanjeng Nabi ada yang bernama Ghaurats. Jadi beberapa saat seletah perang Dzaturriqa, Gausrats itu gagal membunuh Kanjeng Nabi karena pedangnya jatuh, hahaha entah karena kesleo tangannya atau bagaimana pokoknya atas kuasa Allah SWT. Lalu Kanjeng Nabi mengambil pedangnya kemudian mengarahkan ke Gaurats dan dengan santun mengajak masuk Islam. Namun Ghaurats menolak dan berjanji untuk tidak memerangi Islam lagi, kemudian Nabi membiarkannya pergi. Lalu sesampai di wilayah kabilahnya, Gaurats mengatakan, "Aku baru saja bertemu dengan manusia terbaik". Wih, sangarrr.. Hingga musuhnya saja mengakui kebijaksanaan dan kebaikan Kanjeng Nabi SAW.   

Dulur.. Dari kisah-kisah tersebut, betapa pentingnya mahir dalam bahasa komunikasi disertai akhlaq yang baik untuk melahirkan harmonisasi sosial. Tanpa kearifan tutur kata dan sikap, jangankan musuh, orang di sekitar kita saja segan untuk berinteraksi dengan kita. Kemahiran cara berkomunikasi ala Rasulullah SAW tersebut menunjukan tingkat intelektualitas beliau sangat tinggi, yakni arif dalam memposisikan diri, bisa bergaul dengan siapa saja dengan cara komunikasi yang sesuai dan baik. Sehingga hal tersebut sangat memungkinkan Kanjeng Nabi SAW mempunyai ummat (Islam) yang banyak dan mencintai beliau dan jumlahnya terus berkembang hingga kini. Subek-hanalloh..